Mengenai Rasa

Semenjak kepergianku dari tanah itu, semuanya beranjak berubah. Selalu ada putih di setiap hitam. Sepekat apapun itu. Selalu ada bahagia di setiap bulir air mata. Rasa ini, perasaan ini, kerasnya hati ini, telah sedikit demi sedikit melemah. 

Kini bahuku tak selemah dulu. Kakiku bahkan mampu berdiri jika memang hanya ada satu. Tanganku mampu meraih apapun jika aku mau. Lidahku dapat merasa hal yang dulu belum pernah ku rasa. Mataku melihat ternyata dunia bisa lebih indah jika ku memaknainya. Dan kini aku sanggup untuk menutup telingaku rapat-rapat akan bising yang tidak aku inginkan. 

Pun dengan deru nafasku yang kini berjalan seperti sebuah pasukan, lebih teratur dan mudah diatur. Kepalaku yang tidak lagi membuat skenario di malam hari. Tidurku yang selalu menyenangkan. Selimutku yang selalu hangat. Sepatu yang selalu ku letakkan kembali pada tempatnya. Baju-baju yang bersih dan wangi. Langkahku yang tak lagi buru-buru. 

Aku menjadi selalu bersyukur. Meski jarang mengucapnya tetapi senyum di bibirku tak pernah absen, siapapun yang melihat pasti akan dengan mudah menyadari. 

Ku sadari semuanya tak bisa dicapai begitu saja. Selalu ada orang-orang dibaliknya. Mereka yang selalu menemani makan siang dan malamku. Tertawa pada setiap candaanku yang monoton. Menunjukan kasihnya melalui sebuah pelukan. Dan anehnya kini aku suka dipeluk. Rasanya hangat, meskipun terkadang aku masih merasa tidak nyaman. Paksaan untuk mengirimkan foto mengenai kegiatan yang sedang aku lakukan. Aneh. Tapi aku suka. Mereka hangat. Mereka seperti sebuah teh manis hangat yang ku minum kala hujan badai di tepi pantai. 

Adapun yang sulit aku temui seperti sebuah lily. Sebuah penghormatan bagi mereka yang terus berjalan mengiringiku meski tidak selalu disampingku. Kebahagiaan yang selalu mereka salurkan melalui setiap alfabet yang dikirimkan. Melalui setiap emoticon acak. Sebuah dering yang selalu ku tunggu kehadirannya di jengkal kesibukan. 

Tak lupa, ku iringi doa serta salam bagi mereka yang pernah ada meskipun sekarang memanggil saja tidak.


Ku kirimkan salam sukses dan kecupan bahagia serta bangga pada mereka semua sebagai sebuah bentuk terima dan kasih karena telah sejauh ini mereka berkorban untuk berkelana bersamaku.

Tidak mudah untuk terus ada. Penghargaan ini aku berikan karena telah membantu keluar dari sebuah tsunami hebat yang hampir saja menenggelamkanku. 


Comments

Popular posts from this blog

Kenapa Bandung?

Kalender Baru