Kenapa Bandung?
Akhir pekan adalah hari yang ramai, rusuh, dan penuh kantuk untukku. Bagaimana tidak, manusia yang biasanya tertidur kembali selepas sholat subuh ini harus segera menunaikan mandi di pagi hari yang dingin airnya tidak wajar. Bukan hanya mata yang tiba-tiba tersigap, bulu kuduk pun turut berdiri tanda tubuh sudah menyala. Tanpa perlu mendengarkan alarm yang selalu berbunyi berturut-turut setiap lima menit sekali, akhir pekan terasa seperti hari kerja yang penuh sesak dengan keproduktifan. Semua ini ku jalani demi mengejar jadwal keberangkatan bus yang jarak tempuhnya tidak seberapa namun waktu tempuhnya bisa membuatku tua di jalan. Padahal Bandung-Jatinangor tidak sejauh itu kan, Kawan? Coba terka apa yang membuatnya begitu lama hingga 2 jam perjalanannya...? (Manusia tidak tahu bersyukur, bayar hanya Rp2000 minta cepat sampai!).
Anehnya, aku justru melakukannya dengan penuh suka cita dan secara sukarela. Tanpa paksaan justru dengan kegembiraan. Gembira karena dapat menyambut udara dengan embun yang masih terasa di pipi, jalanan yang masih sepi, bebauan masakan dari rumah warga yang wangi, serta tonggeret yang membuat perjalanannya tidak terasa sepi sendiri.
Kurang lebih setengah jam sebelum jam pertemuan, aku tiba di lokasi yang menjadi destinasi. Tanpa berat ku langkahkan kakiku menuju destinasi tersebut dengan bermodalkan sebuah peta digital yang aku akses melalui gawai, letaknya tidak lebih dari satu kilometer dari tempat pemberhentian busku. Namun sesungguhnya, tempat tersebut bukanlah ujung melainkan permulaan tentang Aku dan Bandung.
Kali ini pelatuk ceritanya bukan aku melainkan sekelompok orang dan situs yang aku kunjungi di setiap Sabtu dan Mingguku. Sebuah komunitas yang menggerakanku untuk dapat hadir di Bandung dini hari, mencerahkanku tentang tempat yang aku sedang tinggali, mengenalkanku ke banyak sekali insan yang baru kenal satu hari tapi kedekatannya sudah seperti sanak saudari. Membuat perjalanan yang ku tempuh terbayarkan.
Pada setiap tempat yang kami hinggapi, terdapat kisah yang melatarbelakangi. Ku jumpai hal tersebut menjadi sebuah hangat yang entah kenapa menyeruak ke dalam badanku. Terkadang aku terheran tentang bagaimana sebuah benda mati dapat meninggalkan begitu banyak pelajaran. Aku merasa dipeluk setiap kali mendengarkannya. Seolah berada di pangkuan nenek yang sedang menyisir lembut rambutku dengan jemarinya dan didongengkannya mengenai bagaimana kemarin Ia hidup dalam masa penjajahan. Bagaimana semua hal tersebut tertinggal dalam sebuah bangunan atau makam dan terus didengarkan kisahnya?
Dan yang membuatnya lebih menarik adalah orang-orang yang ikut berjalan di dalam acara 'dongeng nenek' ini. Sama dengan situs yang kami singgahi, setiap orang-orang ini begitu hangat dan hebat melalui riwayat hidupnya masing-masing. Orang-orang yang tidak mungkin aku temukan di dalam lingkaran pertemananku di perkuliahan. Mulai dari remaja hingga kolot. Semuanya aku temukan disini. Teman-teman yang luar biasa, perasaan yang luar biasa, semuanya aku temukan melalui tukar topik dalam obrolan yang kami lakukan.
Keduanya kemudian berkesinambungan membentuk sebuah gelombang aneh yang membuncah dari dalam diriku. Aku menemukan diriku dalam sebuah situasi dimana aku menikmati semua hiruk-pikuk yang terjadi. Aku menemukan diriku menjadi seorang manusia yang mendapatkan banyak wawasan hanya dari sebuah perjalanan. Aku menemukan bahwa sedikit demi sedikit muncul kembali mimpi-mimpi yang sempat terkubur dari dalam diri melalui langkah dan celoteh acak yang terjadi. Aku menemukan kenyamanan, ketenangan, dan perasaan aman yang aneh dengan tempat dan orang asing yang berada disekitarku. Kejenuhanku akan kehidupan berubah menjadi sebuah gelora penantian di hari Sabtu dan Minggu yang menyenangkan.
Terkejut bukan main, ternyata aku bisa menemukan hal yang tidak pernah aku pikirkan melalui sebuah perjalanan ringkas di gang-gang serta jalanan tidak ramah pejalan kaki di Bandung bersama dengan orang-orang asing yang menyenangkan. Karena berdirinya Bandung, aku mendapatkan banyak kesempatan baru untuk hidup sesuai dengan yang aku inginkan tentang hal-hal yang tidak pernah aku bayangkan.
Setiap perjalanan membawaku ke sebuah kepasrahan akan kehidupan yang ternyata memang tidak bisa dipaksakan namun masih bisa diusahakan jika aku memiliki kemauan. Sama seperti setiap tempat yang aku kunjungi dan setiap tokoh yang diceritakan di dalamnya, kemampuan dan keseriusan tersebut nantinya akan menjadi sebuah cerita yang terus dikumandangkan bahkan setelah fisikku musnah dari dunia. Sebuah harta yang harus aku timbun mulai kini sehingga nantinya yang turun-temurun adalah kebahagiaan dan bukanlah sebuah keprihatinan. Yang dimana nantinya hal tersebut dapat dijadikan percontohan untuk muda-mudi yang mungkin esok umurnya sama denganku saat ini. Memompa semangat yang ada dalam diri mereka yang juga sama seperti apa yang aku rasakan. Kebingungan yang kemudian berubah menjadi sebuah ketenangan dan rasa penasaran akan rasa kesuksesan.
Aku akan bertahan hari demi hari demi bisa kembali.
Penghormatan dan terima kasih aku berikan kepada mereka yang berperan besar membawaku ke dalam sebuah lingkaran kehidupan baru melalui pijakan di setiap jalanan Bandung yang telah aku singgahi.
1. Untuk Izza yang tidak pernah bosan mengajakku untuk bergabung di komunitas luar biasa ini dari 2023 yang kemudian baru mulai ku jalani di awal 2024.
2. Untuk Cerita Bandung. Komunitas hebat dan hangat. Wadah yang mampu banyak sekali berperan dalam perubahan pola pikirku akan kehidupan melalui setiap cerita yang dibawakan dan rute yang penuh kenangan.
Semoga sehat selalu dunia setiap orang yang aku temui melalui perjalanan ini. Semoga tidak kehujanan dan tidak kepanasan. Semoga kalian selalu menemukan kenikmatan dalam setiap suapan makanan. Semoga nyaman kasur tempat kalian merebahkan badan. Semoga setan dan godaan yang ada di sekitar kalian dijauhkan sehingga muncul kenyamanan, keamanan, dan kelancaran pada setiap hal yang kalian lakukan.
Comments
Post a Comment